Teks Khutbah Idul Fitri 1444H

Senantiasa Istiqomah dalam Ketaatan  setelah Bulan Ramadhan Berlalu*

Khotib Oleh : H. Muhammad Yunus, S. Ag, MM

Assalamu ‘alaikum Wr wb.

Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar… 7x Walillaahilhamd. 

Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin, alhamdulillahilladzii andzala sakiinata fii quluubil mukminiin liyadzdaadu iimaanam ma’a iimaanihim..

 أشَْهَدُ أنَْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللََُّّ وَحْدهَُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأشَْهَدُ أنََّ مُحَمَّداً عَبْدهُُ وَرَسُولُه ُ

 Allahumma sholli alaa Sayyidina Muhammadin  wa’alaa aali  Sayyidina

Muhammad

Qoolallahu ta’ala fil quranil aziz wahuwa asdaqul qooiliin:

   يَا أيَهَُّا الذَِّينَ آمَنوُا اتقَّوُا اللَََّّ حَقَّ تقَُاتِهِ وَلاَ تمَُوتنَُّ إِلاَّ وَأنَْتمُْ مُسْلِمُونَ  wa qoola idon

Innalladziina qooluu Robbunallaah tsummastaqoomu أمََّا بعَْد ُ 

Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,

Yang kami hormati Ketua Pengurus DKM Mushalla Nur Rahman Pamulang Permai 1 dan Jajarannya,  Ketua-ketua  Lingkungan, Para  Asatidz, para Hujaj, Tokoh masyarakat yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat kami. Jama’aah Shalat Idul Fitri 1444 H yang dirahmati Allah SWT. 

Pertama-tama, khotib berwasiat kepada diri khotib sendiri, kemudian kepada para jama’ah, hendaklah terus kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita. Allah SWT telah menganugerahkan kepada kita dîn (agama) yang mulia ini, yaitu al-Islam. Allah telah menyempurnakan dan ridha Islam menjadi agama kita, dan sungguh, Allah Ta’ala telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita.

 الْيوَْمَ أكَْمَلْتُ لكَُمْ دِينَكُمْ وَأتَمَْمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتيِ وَرَضِيتُ لكَُمُ الْإِسْلامََ دِيناً

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. alMaaidah/5:3).

Pada hari yang berbahagia ini, kaum Muslimin di seluruh pelosok dunia, hingga pojokpojok kota-kota, bahkan sampai ke pelosok desa dan gunung-gunung, semua membesarkan Asma Allah SWT, mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Kita dengar, lantunan kalimat ini menggetarkan angkasa dan merasuk ke dalam hati kita. Subhanallah, kaum Muslimin seluruhnya melantunkan syukur atas kenikmatan yang dianugerahkan Allah Ta’ala, setelah sebelumnya melaksanakan ibadah di bulan yang dimuliakan, yaitu ibadah di bulan Ramadhan. Kemenangan ini, insya Allah kita raih, yang tidak lain dengan meningkatkan takwa dan amal shalih. Dan jadilah diri kita sebagai insan yang benar dalam keimanan. Maka, hendaklah kita juga bersyukur, karena Allah Ta’ala telah memberikan hidayah kepada kita berupa akidah yang benar.

Kita beriman kepada Allah Ta’ala, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya. Karena kita dapat menyaksikan tanda-tanda-Nya pada segala sesuatu yang menunjukkan bahwa Allah itu Ahad. Hanya satu.

Pada diri manusia terdapat tanda, di langit, di bumi, pada perputaran siang dan malam, pada tiupan angin, pada arak-arakan awan yang diterbangkan antara langit dan bumi, dan pada semua makhluk, sungguh terdapat tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah Ta’ala, menunjukkan kemahakuasaan-Nya, rububiyah-Nya, keluasan ilmu, hikmah, dan menunjukkan kemahamurahan Allah Ta’ala. Karena alam raya ini tidak mungkin ada dengan sendirinya atau ada dengan tiba-tiba. Alam raya ini pasti ada yang menciptakan dan mengaturnya. Dia-lah Allah Rabbul-‘Âlamin yang tidak sekutu bagiNya.

Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,

Amalan kita, juga merupakan amalan yang paling sempurna, karena kita beramal di bawah bimbingan cahaya Allah Ta’ala dan dengan pedoman yang jelas, mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa`ur-rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk. 

Oleh karena itu, hendaklah kita berjalan sebagaimana mestinya. Tegakkan dan jagalah shalat, karena shalat merupakan tiang agama! Seseorang yang meninggalkan shalat, maka dia tidak mendapatkan kebaikan apapun dalam Islam. Jagalah shalat, dan jangan mengabaikannya. Barangsiapa meninggalkan dan mengabaikan shalat, berarti ia termasuk yang disebutkan firman Allah Ta’ala:

فخََ لفََ مِن بعَْدِهِمْ خَلْفٌ أضََاعُوا الصَّلاةََ وَاتبَّعَوُا الشَّهَوَاتِ فسََوْفَ يلَْقَوْنَ غَياًّ . إلا من تاب

 وءامن وعمل صالحا فأولائك يدخلون الجنة ولايظلمون شيئا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun. (QS. Maryam/19: 59-60).

Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,

Begitu pula, hendaklah kita tunaikan zakat sebagaimana mestinya, jangan mengurangi. Berikan zakat itu kepada yang berhak menerimanya. Ingatlah, zakat ini sangat penting untuk kita tunaikan.  Karena dalam banyak ayat, perintah menunaikan zakat disandingkan dengan perintah melaksanakan shalat. Oleh karena itu, kita jangan bakhil dalam memberikan zakat. Jika berbuat bakhil, maka pada hari Kiamat nanti, harta itu akan dipikulkan di pundak sebagai balasan bagi orang orang yang bakhil.

Sebagai kaum Muslimin, kita juga diperintahkan untuk berpuasa dan menunaikan haji. Maka, hendaklah kita jalankan sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala.

Dan semua ini merupakan rukun Islam. Seseorang yang mengamalkan dan menjaga rukun-rukun ini, ia akan diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala dalam melakukan amalan-amalan lainnya yang merupakan bagian dari rukun-rukun itu. Dia akan merasa lapang dadanya manakala harus menjalankan perintah Allah Ta’ala ataupun jika harus menjauhi larangan-Nya. 

Oleh karena itu, kita berdoa, semoga Allah Ta’ala menjadikan diri kita termasuk orangorang yang diberi kemudahan untuk menjalani perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya. 

Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا  مِن ذكََرٍ أوَْ أنُثىَ وَهُوَ  مُؤْمِنٌ فَلَنحُْيِيَنهَُّ حَيَاةً طَي بَِةً وَلَنجَْزِيَنَّهُمْ أجَْرَهُمْ بِأحَْسَنِ مَاكَانوُا  يَعْمَلوُنَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl/16: 97).

Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,

Jika kita bertanya kepada seseorang tentang harapannya, maka tentu ia mengatakan ingin mendapatkan kehidupan yang bahagia, dan meninggal dengan membawa nama yang harum. Kemudian, jika dibangkitkan oleh Allah, ia berharap agar dibangkitkan dalam keadaan selamat dari siksa. Harapan ini, pasti akan didapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah, yang beramal shalih dengan ikhlas. Hal itu sangat mudah dicapai oleh orang-orang yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala. Maka janganlah kita menunda untuk menggapainya karena imbalannya sebuah kehidupan penuh kemenangan, kemuliaan dan kesejahteraan.

Satu bukti yang paling besar dan telah nyata, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus di tengah-tengah sebuah kaum yang ummi dan terbelakang. Namun tatkala kaum ini berpegang teguh dengan agama ini, tidak lama kemudian, mereka berubah menjadi yang terdepan dalam ilmu, perilaku dan peradabannya. Setelah sebelumnya menjadi kaum yang hina, kemudian mereka memimpin manusia dengan penuh kemuliaan. 

Mereka menjadi yang terdepan setelah sebelumnya terbelakang. Dan agama yang dipegangi pemimpin itu senantiasa terjaga dalam Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, jika saat ini kaum Muslimin berpegang teguh dengan dinul-Islam dengan benar, mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan, niscaya kaum Muslimin akan pemimpin di bumi ini, sebagaimana para pendahulu mereka.

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al Hajj ayat 40-41, yang artinya…

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. 

Akan tetapi, yang sangat menyesalkan, banyak kandungan syariat Islam yang diremehkan kaum Muslimin. Banyak kaum Muslimin yang menyimpang dan berpaling dari ajaran Islam, kemudian lebih memilih pedoman-pedoman yang bukan milik Allah Ta’ala. Akibatnya, banyak yang kemudian tersesat, dan bahkan menyesatkan. Tersesat dari kebenaran, sehingga umat tercerai-berai. Simpul persatuannya mulai terlepas satu per satu. Kaum Muslimin menjadi sasaran para musuh, dan menjadi kaum yang hina setelah sebelumnya mulia. Kaum Muslimin menjadi kaum yang lemah setelah sebelumnya kuat. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Maka menjadi kewajiban kita untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin. Yaitu membulatkan tekad untuk berpegang teguh dengan syariat yang telah ditetapkan Allah Ta’ala, mengikuti

Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengikuti jalan para khulafa`urrasyidin. Karena dari sanalah kita akan mendapatkan kembali dinul-Islam dengan segala kebaikannya.

Di antara kebaikan agama ini, yaitu adanya hari raya yang membahagiakan. Hari yang menjadi penutup puasa dan sebagai permulaan bulan haji. Hari, saat kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia keluar dari rumahnya menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat ‘Idul-Fithri. Dengan hati gembira, penuh suka cita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, disebabkan anugerah nikmat yang diterimanya dari Allah Ta’ala. Anugerah besar, berupa keberhasilan melaksanakan puasa saat siang hari bulan Ramadhan dan shalat pada malam harinya. Dan kini, saat berbahagia itu datang. 

Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang selalu istiqomah dalam kebaikan,

Sebelum mengakhiri khutbah ini, kami ingin memberikan nasihat kepada para muslimah, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nasihat kepada para muslimah.

Hendaklah kaum wanita bertakwa kepada Allah Ta’ala pada urusan wanita itu sendiri. Hendaklah kaum wanita menjaga aturan-aturan Allah, memelihara hak-hak para suami dan anak-anaknya.

Ingatlah! Wanita shalihah itu, ialah wanita yang taat dan menjaga apa yang harus dijaganya saat suami tidak ada. Seorang wanita jangan silau dan terpedaya dengan perilaku sebagian wanita yang senang keluar rumah (misal ke pasar, atau ke tempat lainnya) dengan dandanan norak, bau semerbak menusuk hidung, pamer kecantikan, atau dengan mengenakan pakaian tipis transparan.

Ingatlah! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim : yang artinya…

Ada dua kelompok penduduk neraka yang belum pernah aku lihat (lalu beliau n menyebutkan) wanita berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan lenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan leher unta meliuk-liuk. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan aroma surga. (H.R. Muslim).

Sehingga, jika seorang wanita terpaksa harus pergi ke pasar, maka berjalanlah dengan tenang, jangan berdesakan dengan kaum lelaki, jangan bersuara keras, dan jangan pula mengenakan pakaian yang dibenci pada anakmu, dan begitu pula jangan meniru pakaian kaum lelaki. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang meniru kaum laki-laki, dan juga kaum laki-laki yang meniru gaya kaum perempuan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kaum wanita,

 رَأيَْتكُُنَّ أكَْثرََ أهَْلِ الناَّرِ ِلأنَكَُّنَّ تكُْثرِْنَ اللعَّْنَ وَتكَْفرُْنَ  الْعَشِيرَ

Aku melihat kebanyakan penghuni neraka itu adalah kalian. Kalian sering melaknat dan kufur terhadap suami. (H.R. al Bukhari Muslim).

Terakhir, melalui mimbar ini marilah kita berjanji untuk senantiasa menjaga kemenangan-kemenangan yang telah dianugerahkan oleh Allah swt, sebab kemenangan itu anugerah Allah yang wajib kita syukuru bersama.

  قال تعالى: وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد

Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikamat-Ku maka pasti azabku sangat berat”QS:14:7

Fa’tabiruu yaa ulil albab, la’allakum tattaquun

 الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Alhamdulillahilladzii,  kholaqol mauta wal hayaata  ….

 Asyhadu anlaa  ilaaha illallaah, wahda hulaasyaariikalah. Wa asyhadu anna Muhammadan Abduhu warosuluh laanabiyya ba’dah amma ba’du.

Qoolallahu ta’ala fil  qur’anil kariim: Yaa ayyuhalladziina aamanuttaqullaha haqqo tuqootih walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun. Allahumma  sholli ‘alaa Muhammad, wa’alaa alii Muhammad, kamaa shollai ta ‘aalaa .ibrohim wa’alaa alii ibroohim. fil ‘aalamina innaka hamidummajiid

Allahummagh fir lil muslimiina wal muslimaat, wal mukminiina wal mu’minaat, al ahyaa iwal amwaat birohmatika yaa Arhamarrohimiin,

Allahumma innaka afuw 3x tuhibbul afwaa fa’fu anna yaa kariim.

Robbanaa taqobbal minna sholaatanaa, washiyaamana waqiyaamanaa, warukuu’anaa, wasujuudanaa, wata’abbudanaa watammim taqoshironna Yaa ArhamarRoohimiin.  Kami telah melaksanakan ibadah Ramadhan, terimalah amal ibadah kami, sholat kami, puasa kami, infaq kami dan seluruh kebaikan yang kami lakukan.  

Yaa Robb, setiap kali Ramadhan berakhir, kami cemas yaa Allah.. kalaukalau umur kami tidak sampai pada Ramadhan tahun depan, kami cemas Yaa Allah kalau ini Ramadhan terakhir dalam hidup kami, karena itu… panjangkan umur kami Yaa Allah untuk dapat kembali berjumpa dengan Ramadhan tahun depan, agar kami hamba-Mu dapat lebih dekat kepada-Mu Yaa Allah Yaa Robbi. Bimbinglah kami Yaa Allah, yaa ilaahi anta maqsuudi waridhookamatluubi faghfirlanaa mahabbataka wama’rifatak.

Yaa Allah, kami banyak berbuat kesalahan dan kealpaan, banyak tutur kata yang kadang bercampur dusta, banyak khilaf dalam bersikap, banyak khianat dalam berbuat, banyak janji yang tidak ditepati banyak prasangka yang berujung luka, ampuni kami ya Allah..  

kepada manusia kami Insyaa Allah setelah shalat ini akan saling maaf memaafkan, akan kami buka hati kami agar ampunan-Mu kami dapatkan.

 اللهَُّمَّ أصَْلِحْ لَناَ دِيْنَناَ الذَِّي هوَُ عِصْمَة ُ  أمَْرِناَ     وَأصَْلِحْ لَناَ دنُْياَناَ التَّيِ فِيْهَا مَعاَشُنَا

Robbanaa aatinaa fiddun yaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah waqinaa adzaabannar. 

Washollallahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa aalihii wa shohbihii wa sallam, walhamdulillahirobbil ‘aalamiin. 

Wassalaamu ‘alaikum Wr Wb.

——————–

*Disampaikan saat Khutbah Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444H di Mushalla Nur Rahman, Pamulang Permai.